Minggu, 17 Februari 2008

Bangsa Muslim di Eropa Merdeka

KOSOVO MERDEKA: Mahasiswa Albania menari-nari mengibarkan bendera Kosovo di Kosovska Mitrovica, Kosovo, kemarin (16/2).

PRISTINA - Sebuah negara baru dengan penduduk mayoritas muslim, Kosovo lahir di Eropa hari ini (17/2). Proklamasi kemerdekaan wilayah yang dulu menjadi provinsi Republik Serbia ini sudah tak terbendung lagi. Perdana Menteri (PM) Kosovo Hashim Thaci secara resmi sudah mengumumkan rencana proklamasi tersebut kemarin (16/2).

"Besok (hari ini, Red) bakal menjadi hari kemenangan, pemahaman, dan perwujudan janji negara untuk mengimplementasi keinginan rakyat Kosovo," kata Thaci. "Tidak ada apa pun yang bisa dilakukan Beograd (Serbia) untuk mempengaruhi perkembangan di Kosovo ini."

Kosovo menempuh jalan terjal untuk menuju kemerdekaan. Usaha pertama mereka pada 1990 gagal, karena diserbu Serbia. Pertarungan tak seimbang antara Serbia dengan gerilyawan Kosovo (KLA) ini menimbulkan tragedi pembantaian dan pengungsian besar-besaran. NATO dipimpin AS mengusir Serbia dengan serangan udara selama 78 hari. Kosovo kemudian berada di bawah perlidungan PBB dan NATO.

Setelah melalui pengorbanan luar biasa tersebut, kali ini usaha Kosovo mendapat dukungan hampir sepertiga negara-negara Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS).

Kosovo sudah memiliki bendera baru berlatar belakang merah dengan gambar garuda berkepala dua. Kelompok orkestra ternama Kosovo terus berlatih memainkan simfoni karya maestro Beethoven, Ode to Joy, untuk merayakan datangnya hari bersejarah tersebut.

Di ibu kota Pristina, ucapan terima kasih rakyat Kosovo kepada negara-negara pendukung kemerdekaan diwujudkan dalam bentuk arak-arakan spontan. Bendera Amerika dikibarkan bersama dengan bendera Kosovo. Selain itu ada juga grafiti terima kasih. Grafiti "Merci Sarkozy" sebagai ucapan terima kasih kepada Presiden Prancis Nicholas Sarkozy juga tertulis di tembok kota. Bendera Jerman, Turki, bahkan Rusia, juga dilukiskan di tembok-tembok.

Rusia, yang selama ini menolak kemerdekaan Kosovo, tak bisa membendung perkembangan ini. Moskow mengatakan tidak memiliki rencana untuk menetapkan sanksi kepada Kosovo, bila mereka benar-benar merdeka.

Yang mereka bisa lakukan adalah "menggerutu". Sekutu Serbia tersebut menegaskan bahwa keputusan Kosovo adalah kesalahan. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menuduh kekuatan asinglah yang mendorong Kosovo memperjuangkan kemerdekaannya.

Uni Eropa berusaha merangkul Rusia, agar tak membuat keadaan jadi runyam. Komisioner hubungan eksternal UE Benita Ferrero-Waldner mengatakan bahwa Kosovo membutuhkan stabilitas. "Kami berharap bisa meyakinkan Rusia, bahwa keadaan Kosovo sekarang sangat tidak stabil," katanya.

Kosovo memang sudah siap berpesta. Di Pristina, poster-poster dukungan terhadap kemerdekaan sudah bertepabaran di jalan-jalan. Pada poster-poster tersebut tampak beberapa tulisan seperti: Untuk Sebuah Awal yang Baru untuk Kosovo; Selamat Datang Kosovo di Masa Depan.

Pesan-pesan yang sama juga dimuat di siaran-siaran televisi lokal. Surat kabar lokal The Bota Sot memberitakan, bahwa para anggota dewan perwakilan Kosovo telah diperintahkan untuk menetap di dekat Pristina sejak tadi malam.

Beberapa jam sebelum Thaci mengeluarkan ketetapan jadwal proklamasi itu, Uni Eropa telah setuju untuk mengirimkan pasukan polisi dan kehakiman ke wilayah Kosovo. Pasukan gabungan berkekuatan 2.000 orang itu akan mulai dikerahkan ke kawasan itu mulai pekan depan.

Misi tersebut akan dipimpin oleh Letjen (Pur) Yves de Kermabon dari Prancis, yang pernah menjadi panglima misi NATO di Kosovo pada 2004-2005 silam Sedangkan diplomat veteran Belanda Pieter Feith ditunjuk menjadi wakil khusus UE di Kosovo.

Sejak 1999, pasukan NATO (KFOR) masih menjaga Kosovo. Kosovo diperkirakan berpenduduk 1,9 juta-2,2 juta jiwa. Sebanyak 92 persen bersuku Albania beragama Islam. (AFP/BBC/zul/ami)

Tidak ada komentar: